Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

10 logika penangkal pacaran islami







Pacaran Islami ? Pacaran islami adalah istilah yang diusung segelintir orang mengaku islami tapi tapi sebenarnya mengaduk-ngaduk mana yang hak dan mana yang bathil. No offense dan saya tak bermaksud memusuhi, tapi sepertinya istilah pacaran Islami dijadikan label bagi siapa ikhwan akhwat yang saling memiliki ketertarikan khusus dan mereka menginginkan hubungan mereka lebih dekat. Mereka mengaku tahu agama tapi menafsirkan dalil-dalil Quran dan Hadits sesuai hawa nafsu sendiri. Berbagai  label muncul demi menghalalkan esensi dari pacaran, mulai dari “pacaran islami”, “hubungan tanpa status”, hingga label “kakak adik”. Naudzubillah min dzalik!
Pertama, orang yang mengaku pacaran Islami akan berkata kalau: Pacaran adalah “Persiapan Menikah” Benarkah?
Jika pacaran adalah “Persiapan Menikah” berarti seharusnya bukan istilah “Pacaran Islami” yang diusung, tapi “Pernikahan Dini” Hehehe.. karena kenyataannya anak SD, SMP, SMA pun pacaran menjamur. Apakah mereka akan segera menikah sementara mereka lulus kuliah pun masih lama?? Mungkin mereka baru akan menikah 10 hingga 20 tahun kedepan. :P
Kedua,  jika pacaran adalah “Persiapan Menikah” tanyakan pada mereka kapan mereka akan menikah? Biasanya mereka akan berkata setelah mengenal satu sama lain. Dan pacaran Islami adalah ajang perkenalan. Benarkah?
Maaf.. ehem2. Lihat realitanya, dalam pacaran orang seringkali menutupi kekurangannya dan berusaha menampilkan yang baik-baiknya saja. Jadi sulit dikatakan penjajagan. Pacaran lebih banyak yang dibuat-buat.
Ketiga, jika pacaran adalah “Persiapan Menikah”, tanyakan pada mereka apakah karena mereka yakin bahwa pacar itu adalah jodoh mereka? Benar-benar yakin?
Mereka mungkin menjawab kalau mereka tidak yakin (jujur nih). Faktanya dari survey UKDating, hanya 1 dari 25 wanita yang menikah dengan pacarnya (Artinya 96% Pacaran akan putus!). Jika mereka tidak yakin, lalu apa yang sedang mereka persiapkan? "Cinta"? Hmm... harus jujur yaaa.... apakah dengan persiapan menikah ini tanda mereka sudah mampu berkeluarga? Sudah bisakah membiayai anak sakit dan sekolah? Membiayai hidup keluarga tanpa bantuan orang tua? Apakah semua kebutuhan hidup itu terpenuhi hanya dengan modal "cinta"?

Mungkin sebagian berkata mereka sudah mampu, good, lalu segera menikah bukankah lebih baik? Lihat realitasnya, anak SD, SMP, SMA dan bangku kuliah pacaran Islami menjamur. Apakah ini persiapan menikah, bagaimana mau membiayai anak sementara membiayai diri sendiri belum mampu?
Jika mereka menjawab kalau mereka yakin, benar-benar yakin bahwa pacarnya itu adalah jodohnya, tanyakan pada mereka, apakah mereka sudah melihat takdirnya ke lauh mahfudz?
Keempat, pelaku pacaran islami akan berkata kalau pacaran lebih baik dari ta’aruf. Dengan 1001 alasan mereka berkata bahwa kita tidak dapat mengenal pasangan baik buruknya lewat ta’aruf. Benarkah?
Inilah yang paling saya tidak suka, saat dibutakan maksiat maka nafsunya mengakalinya. Jika begini tanyakan padanya apakah dia benar-benar tahu apa itu ta’aruf? Bagaimana prosesnya? Bagaimana bentuknya? Tata krama? Siapa saja yang terlibat? Apa data otentik bahwa orang yang menikah dengan pacaran lebih baik daripada tanpa pacaran lebih dahulu? Saya jamin 99,999% mereka akan dibingungkan dengan diri mereka sendiri atau mereka tak menjawab. 
Kelima, jika pacaran adalah “Persiapan Menikah” tanyakan pada mereka apakah agar pernikahan itu akan langgeng dan harmonis?
Mereka mungkin akan menjawab, pacaran itu ibarat menanam benih-benih cinta dan menikah tinggal memetik buahnya. Ya, mereka akan berkata biar pernikahannya langgeng. Tapi mengapa pada realitany 95% kasus perceraian yang terjadi, pelaku perceraian pacaran dulu sebelum nikah. 95% perceraian dan sebelumnya pacaran!
Bukankah pacaran lebih mirip habis manis sepah dibuang? Mirip permen karet bekas? Yang manisnya berangsur-angsur hilang saat pacaran dan pas nikah tinggal bekasnya?
Keenam, jika mereka menjawab: Tidak seperti itu! Tidak seperti habis manis sepah dibuang tapi semakin dimakan semakin manis!
Hiii... serem juga yang kayak gini. Mereka berkata semakin lama semakin manis menandakan semakin diminum semakin haus. SMSan tak cukup... teleponan. Beranjak ketemuan, berduaan, berpegangan tangan, tak puas, lalu... cium kening, cipika cipiki, cium bibir, di kamar berduaan dan naudzu billah min dzalik! Kan semakin lama... semakin manis??
Mereka berkata tidak seperti itu... Cuma ketemuan tapi bisa jaga diri koq. Ehem.. Tapi semua orang yang berzina pun pada awalnya berkata “Cuma...” “Cuma sms-an” “Cuma ketemuan” “Cuma pegangan tangan” “Cuma pelukan” Mana ada mesra-mesra kalau gak ujung-ujungnya zina juga (zina mata, zina hati, zina pendengaran, dll)
Semakin dimakan semakin manis, apakah akan dimakan sampai habis?? Makanya banyak peristiwa diputusin pacar yang beragam responnya mulai dari gaya film Korea hingga film Psikopat. Dan yang paling murahan adalah gaya teror perasaan : bunuh diri. Kenapa? Karena gak siap kenikmatan mereka dihentikan.
Ketujuh, jika mereka menjawab: Tidak seperti itu! Yang kami lakukan adalah pacaran Islami dan tidak ada dalil qath’i yang melarang pacaran. Yang ada adalah mendekati zina. Kami tidak akan melakukan hal-hal yang mendekati zina!
Memang betul kaidah ushul fiqh: asal muamalah adalah boleh sampai datangnya dalil yang mengatakan keharamannya. Tapi sangat lucu kalau mereka berkata tak ada dalil yang melarang pacaran. Ya jelas tak ada. Lha wong istilah itu baru-baru muncul.  Sama seperti hukum rokok yang tidak ada dalil qoth’i yang melarang tapi ulama melarangnya karena merusak tubuh, mubadzir, dan lebih banyak mudhorotnya.
Memang tak ada dalil qoth’i, tapi banyak dalil lain yang mengarah pada esensi pacaran itu sendiri:
-          Perntah Allah menundukkan pandangan kepada lawan jenis (Ghadul Bashor)
-          Perintah Rasul untuk menghindari berdua-duann dengan lawan jenis karena yang ketiganya adalah setan.
-          Perintah Rasul lebih baik ditusuk jarum besi daripada memegang yang bukan mahram
-          Perintah tentang menjauhi zina sementara zina itu ada berbagai macam :Zina mata, zina hati, zina telinga, zina tangan, dll. Baca dalil-dalil haramnya pacaran lebih banyak lagi disini Dalam Islam Pacaran Itu Haram
Walaupun dibumbui Islami (Tidak sampai berpegangan dan berciuman), tapi pasti ada interaksi intens berdua, saling memandang, curhat, dll. Jadi jangan mengutak-atik dalil sesuai dengan keinginan hawa nafsu sendiri tapi berdasarkan para ulama dan salafus shalih karena mereka adalah pewaris nabi.
Oke, jika mereka berkata tidak zina mata, zina hati, mulut, mata, pendengaran, tangan, dll. Tidak saling merindukan, berangan-angan, apalagi berpegangan. Tidak mengarah pada perzinaan. Kalau begitu disempurnakan tidak pacaran bukankah lebih oke? Islam itu harus kaffah, mengamalkan setiap syariatnya itu jangan setengah-setengah, kalau enggak entar masuk surganya setengah-setengah. Hehehe :P
Kedelapan, tanyakan pada pelaku pacaran Islami, bukankah mereka punya akal untuk membedakan mana pasangan yang baik dan mana yang buruk? Mereka akan berkata, tentu saja mereka punya akal untuk membedakan.
Kalau gitu katakan pada mereka, pada kenyataannya orang-orang yang benar-benar paham agama dan mengamalkannya tidaklah berpacaran. Bukankah begitu? Apakah Rasul dan bunda Khadijah  pacaran dulu? Tidak! Rasul ta’aruf. Apakah Fathimah dan Ali pacaran dahulu? Tidak! Walaupun mereka sebelum menikah saling menyukai tapi mereka baru tahu hal itu setelah menikah! Mereka tidak pacaran.
Jadi mereka punya akal kan? Bahwa mereka tidak bisa menemukan suami atau istri yang baik dan paham agama lewat pacaran.
Kesembilan, katakan pada pelaku pacaran Islami terlalu takut gak dapat jodoh (takut gak laku), pelaku pacaran islami mungkin berkata tidak demikian. Benarkah?
Mereka akan berkata bahwa mereka bisa mencari pacar lain dan bukan karena mereka takut gak laku. Kalau gitu, katakan saja pada mereka kalau Allah sudah menetapkan jodoh setiap hamba-Nya. Namanya sudah tertulis bahkan sebelum menarik napas pertama, dan jodoh itu sekufu. Dalam surat An-Nisa, laki-laki baik untuk perempuan baik-baik dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula.
Jadi kalau mau cari jodoh yang baik, yang terpenting membenahi diri dulu untuk menjadi lebih baik. Pacaran hanyalah membuang-buang waktu produktif. Akhirnya... jawaban yang paling jujur adalah pacaran memang buat have fun aja.
Kesepuluh, mereka mungkin berkata: Tidak! Tidak seperti itu. Walau berpacaran kami tetap saling mengingatkan satu sama lain untuk tidak lupa sholat dan belajar.
Ya, inilah salah satu alasan utama pacaran islami: Dakwah. Perlu ditekankan: Tidak ada dakwah antara ikhwan akhwat bukan mahram. Bagaimana mau mendakwahi orang lain sementara mendakwahi diri sendiri belum mampu untuk menjaga hijab??
Justru alasan berdakwah ini adalah salah satu jalan kemaksiatan yang lebih berbahaya daripada orang-orang fasik yang secara terang-terangan. Kenapa? Karena mereka tahu perbuatan mereka itu salah dan itu merupakan langkah awal untuk memperbaiki diri. Sementara alasan berdakwah tidaklah demikian karena mereka berpikir bahwa kemaksiatan itu adalah ibadah.
Tidak ada daging babi halal hanya karena baca bismillah. Begitu pula tidak ada istilah pacaran islami. Jika ada pacaran islami, suatu saat nanti akan ada istilah judi islami, khamr islami, riba islami, mencuri islami, konser musik islami, dll beralaskan untuk kegiatan yang islami. Naudzubillah. Awalnya saja sudah tidak berkah bagaimana akhirnya?
Ibarat air susu dicampur air comberan. Walaupun susu, tapi karena dicampur air comberan tetap saja tidak ada yang mau minum kan? Begitupula, jangan mencampurbaurkan antara haq dan bathil. Yang baik dan yang buruk.
Sumber : http://maryam-qonita.blogspot.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar